Kamis, 17 Februari 2011

Budaya Valentine’s Day Mendarah Daging Mengepung Generasi Muslimku

Oleh : Hilda Rafika Waty

Romance in February!!!
Bahkan tak henti-hentinya mendengarkan tradisi seruan secara simbolik ini. Maraknya media massa, pusat-pusat hiburan yang bersibuk-ria berlomba menarik perhatian para remaja dengan menggelar pesta perayaan yang tak jarang berlangsung hingga larut malam bahkan hingga dini hari. Hanya bermuara pada satu hal yaitu Valentine’s Day. Berkirim kartu dan bunga, bertukar pasangan, saling curhat, menyatakan sayang atau cinta dan sambutan “Happy Valentine’s Day guys!!!” tanpa pemahaman apa arti hari itu sesungguhnya.
Ada sesuatu di balik gambar hati merah jambu? Di antara meriahnya warna merah jambu yang terpampang tulisan “Happy Valentine Day” dan beberapa media yang seolah tidak ingin ketinggalan menampilkan dan memanfaatkan isu Valentine Day , hari kasih saying pikirnya. Agaknya, pemandangan perayaan Valentine Day tidaklah telalu asing di kota-kota besar mengekspresikan hawa nafsunya kepada lawan jenis.
Lucunya perayaan ini pun rupanya seolah-oleh bertameng merayakan hari kasih sayang dengan menjustifikasi merayakan hari kasih saying bersama-sama dengan lawan jenisnya, saling membagikan bunga, berpesta bahkan mencontoh seperti apa yg dilakukan anak-anaknya. Mirisnya, aktivitas ini telah menjarah remaja islam, remaja yang diharapkan oleh Nabi Muhammad saw untuk tidak taqlid kepada cara hidup orang kafir, untuk selalu mengikatkan perilakunya agar merujuk pada islam, menjadikan halal haram sebagai patokan dalam seluruh perbuatannya, malah larut dalam perayaan jahiliah ini dengan meninggalkan akidah islam.
Seiring dengan masuknya beragam gaya hidup barat ke dunia Islam, perayaan hari Valentine pun ikut mendapatkan sambutan hangat semarak warna pink, ucapan rasa kasih sayang, ungkapan cinta dengan berbagai ekspresinya, menyemarakkan suasana syiar Agama Nasrani setiap tahunnya. Valentine’s Day menurut literatur ilmiah menunjukkan bahwa perayaan itu merupakan bagian dari simbol agama Nasrani. Bahkan jika dirunut ke belakang, kisah ini berawal dari upacara ritual agama Romawi kuno yang dicetuskan oleh Paus Gelasius I pada tahun 496 M yang memasukkan upacara ritual Romawi kuno ke dalam agama Nasrani sehingga sejak itu secara resmi agama Nasrani memiliki hari raya baru yang bernama Valentine’s Day.
The Encyclopedia Britania dalam The World Encylopedia (1998) menuliskan penjelasan bahwa perayaan ini dimaksudkan agar lebih mendekatkan lagi kepada ajaran Kristen pada 496 M Paus Gelasius I menjadikan upacara Romawi Kuno ini menjadi hari perayaan gereja dengan nama Saint Valentine’s Day untuk menghormati St. Valentine yang kebetulan mati pada 14 Februari. Keterangan bersumber dari kalangan barat sendir dan sumber utamanya berasal dari ritual Romawi kuno. Sementara di dalam tatanan aqidah Islam, seorang muslim diharamkan ikut merayakan hari besar pemeluk agama lain, baik agama Nasrani ataupun agama paganis (penyembah berhala) dari Romawi kuno.
Katakanlah: “Hai orang-orang kafir. Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah. Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang Aku sembah. Dan Aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah. Dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang Aku sembah. Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku.” (QS. Al-Kafirun: 1-6)
Nyaris tidak ada bedanya jika dibandingkan dengan perayaan hari Natal. Natal dan Valentine merupakan sebuah ritual agama milik umat Kristiani. Masalah ini bukan semata-mata suatu budaya, melainkan terkait memainkan aqidah umat Islam. Valentine Berasal dari budaya syirik. Ken Swiger dalam “Should Biblical Christians Observe It?” menyebutkan bahwa kata “Valentine” berasal dari bahasa latin yang berarti, “Yang Maha Perkasa, Yang Maha Kuat dan Maha Kuasa”. Kata ini ditunjukan kepada Nimroe dan Lupercus, Tuhan orang Romawi”. Disadari atau tidak ketika meminta orang menjadi “to be my Valentine”, berarti sama dengan kita meminta orang menjadi “Sang Maha Kuasa”. Jelas perbuatan ini merupakan kesyirikan yang besar, menyamakan makhluk dengan Sang Khalik, menghidupkan budaya pemujaan kepada berhala. Alhasil, semangat Valentine ini tidak lain adalah semangat yang bertabur dengan simbol-simbol syirik. Adapun Cupid (berarti: the desire), si bayi bersayap dengan panah adalah putra Nimrod “the hunter” dewa Matahari. Disebut tuhan Cinta, karena ia rupawan sehingga diburu wanita bahkan ia pun berzina dengan ibunya sendiri.

Semangat Valentine Cabang Semangat Zina
Perayaan Valentine’s Day saat ini mengalami pergeseran sikap dan semangat. Masa Romawi masih sangat terkait erat dengan dunia para dewa dan mitologi sesat, sedangkan di masa Kristen dijadikan bagian dari simbol perayaan hari agama. Akan tetapi, di masa sekarang ini perayaan identik dengan pergaulan bebas di mulai dari hal yang paling sederhana hingga penghalalan praktek zina secara legal. Semua dengan mengatasnamakan semangat cinta kasih dan sayang.
Tidak sedikit para orang tua yang merelakan dan memaklumi putera-puteri mereka saling melampiaskan nafsu biologis dengan teman lawan jenis mereka, hanya semata-mata karena beranggapan bahwa hari Valentine itu adalah hari khusus untuk mengungkapkan kasih sayang. Padahal kasih sayang yang dimaksud adalah zina yang diharamkan. Ungkapan make love yang artinya bercinta seharusnya sedekar cinta yang terkait dengan perasan dan hati, tetapi setiap kita tahu bahwa makna make love atau bercinta adalah melakukan zina. Istilah dalam bahasa Indonesia pun mengalami distorsi yang semakin parah. Bahkan berzina di wilayah bagian barat merupakan hak asasi yang dilindungi undang-undang. Padahal Allah SWT telah berfirman tentang zina, bahwa perbuatan itu bukan hanya dilarang, bahkan sekedar mendekatinya pun diharamkan.
“Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk” (QS Al-Isra’: 32)

Sejarah Valentine’s Day
Perayaan Lupercalia adalah rangkaian upacara pensucian di masa Romawi Kuno (13-18 Februari). Dua hari pertama akan dipersembahkan untuk dewi cinta (queen of feverish love) Juno Februata. Pada hari ini, para pemuda akan mengundi nama–nama gadis di dalam kotak. Setiap pemuda mengambil nama secara acak dan gadis yang namanya keluar harus menjadi pasangannya selama setahun untuk bersenang-senang dan dijadikan sebagai obyek hiburan.
Ketika agama Kristen Katolik masuk Roma, mereka mengadopsi upacara ini dan mewarnainya dengan nuansa Kristiani, antara lain mengganti nama-nama gadis dengan nama-nama Paus atau Pastor. Di antara pendukungnya adalah Kaisar Konstantine dan Paus Gregory I (The Encyclopedia Britannica). Selain itu, agar lebih mendekatkan pada ajaran Kristen di abad 496 M, Paus Gelasius I menjadikan upacara Romawi Kuno ini menjadi Hari Perayaan Gereja dengan nama Saint Valentine’s Day untuk menghormati St. Valentine yang meninggal pada tanggal 14 Februari (The World Book Encyclopedia 1998).
The Catholic Encyclopedia juga menuliskan ada 3 nama Valentine yang meninggal pada tanggal 14 Februari. Seorang di antaranya dilukiskan sebagai yang mati pada masa Romawi. Namun demikian tidak pernah ada penjelasan siapa sebenarnya St. Valentine yang dimaksud dan kisahnya yang tidak pernah diketahui ujung-pangkalnya karena setiap sumber mengisahkan cerita yang berbeda-beda.
Menurut versi pertama, Kaisar Claudius II memerintahkan untuk menangkap dan memenjarakan St. Valentine karena menyatakan tuhannya adalah Isa Al-Masih dan menolak menyembah tuhan-tuhan orang Romawi. Orang-orang yang mendambakan doa St. Valentine lalu menulis surat dan menaruhnya di terali penjaranya. Versi kedua menceritakan bahwa Kaisar Claudius II menganggap tentara muda bujangan lebih tabah dan kuat dalam medan peperangan dari pada orang yang menikah. Kaisar lalu melarang para pemuda untuk menikah, namun St. Valentine melanggarnya dan diam-diam menikahkan banyak pemuda sehingga ia ditangkap dan dihukum gantung pada tanggal 14 Februari 269 M (The World Book Encyclopedia 1998).
Kebiasaan mengirim kartu Valentine itu sendiri tidak ada kaitan langsung dengan St. Valentine sehingga belum jelas asal usulnya. Pada 1415 M ketika the Duke of Orleans dipenjara di Tower of London pada perayaan hari gereja mengenang St. Valentine tanggal 14 Februari, ia mengirim puisi kepada istrinya di Perancis. Kemudian Geoffrey Chaucer, salah satu penyair Inggris mengkaitkannya dengan musim kawin burung dalam puisinya (The Encyclopedia Britannica in The World Book Encyclopedia 1998).
*****
Kisah inilah sejarah yang memang benar terjadi mengenai Valentine’s Day yang sebenarnya yang bersumber dari paganisme orang musyrik, penyembahan berhala dan penghormatan pada pastor. Bahkan tak ada kaitannya dengan iming-iming “kasih sayang”. Sangat disayangkan bila banyak generasi Islam yang terkena penyakit ikut-ikutan mengekor budaya Barat dan acara ritual agama lain. Padahal Allah SWT talah berfirman yang artinya: “Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mengetahui tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya akan diminta pertangggungjawabannya.” (QS. Al-Isra’ : 36).
Demikianlah beberapa legenda seputar Valentine day meskipun masih terjadi kesamaran dan masih banyak legenda versi lain yang mengatakan bahwa Valentine merupakan figur yang simpatik dan romantis dan heroik. Kemunculannya, kendati berdasarkan ceritanya hanya seorang pemuda yang memberikan surat cinta kepada seorang gadis, namun tradisi Valentine day saat ini telah berubah dengan berbagai kemaksiatan, pelanggaran hukum syara’ dan diisi dengan berbagai aktivitas menghambur-hamburkan uang. Sangat jelas aktivitas yang sangat bertentangan dengan hukum syara’ ini patut dijelaskan kepada umat islam sehingga mampu memahami keharaman perayaan Valentine day ini untuk selanjutnya meninggalkannya.

Perspektif Islam Terhadap Perayaan Valentine Day
Keinginan untuk mengetahui suatu hal yang baru dan tradisi ikut-mengikuti memang ada dalam diri manusia. Akan tetapi hal tersebut akan menjadi tercela dalam Islam apabila orang yang diikuti berbeda dengan kita dari sisi keyakinan dan pemikirannya. Apalagi bila mengikuti dalam perkara akidah, ibadah, syi’ar dan kebiasaan. Rasulullaah SAW telah melarang untuk mengikuti tata cara peribadatan selain Islam: “Barang siapa meniru suatu kaum, maka ia termasuk dari kaum tersebut.” (HR. At-Tirmidzi).
Bila dalam merayakannya hanya bermaksud untuk mengenang kembali Valentine, maka tidak disangsikan lagi bahwa ia telah kafir. Akan tetapi bila ia tidak bermaksud demikian, maka ia telah melakukan suatu kemungkaran yang besar. Ibnul Qayyim Al-Jauziyah berkata, “Memberi selamat atas acara ritual orang kafir yang khusus bagi mereka, telah disepakati bahwa perbuatan tersebut haram”. Bagi yang mengucapkannya, kalau pun tidak sampai pada kekafiran, paling tidak itu merupakan perbuatan haram karena berarti ia telah memberi selamat atas perbuatan mereka yang menyekutukan Allah. Bahkan perbuatan tersebut lebih besar dosanya di sisi Allah dan lebih dimurkai dari pada memberi selamat atas perbuatan minum khamar atau membunuh.
Abu Waqid r.a meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW saat keluar menuju perang Khaibar, beliau melewati sebuah pohon milik orang-orang musyrik yang disebut dengan Dzaatu Anwaath, biasanya mereka menggantungkan senjata-senjata mereka di pohon tersebut. Para sahabat Rasulullah berkata, “Wahai Rasulullah, buatkan untuk kami Dzaatu Anwaath, sebagaimana mereka mempunyai Dzaatu Anwaath.” Maka Rasulullah SAW bersabda, “Maha Suci Allah, ini seperti yang diucapkan kaum Nabi Musa, ‘Buatkan untuk kami tuhan sebagaimana mereka mempunyai tuhan-tuhan.’ Demi Dzat yang jiwaku di tangan-Nya, sungguh kalian akan mengikuti kebiasaan orang-orang yang ada sebelum kalian.” (HR. At-Tirmidzi, ia berkata, hasan shahih).
Syaikh Al-Utsaimin rahimahullah berpendapat mengenai Valentine’s Day mengatakan : “Merayakan hari Valentine itu tidak boleh, karena; pertama: ia merupakan hari raya bid‘ah yang tidak ada dasar hukumnya di dalam syari‘at Islam dan kedua: ia dapat menyebabkan hati sibuk dengan perkara-perkara rendahan seperti ini yang sangat bertentangan dengan petunjuk para salaf shalih. Maka tidak halal melakukan ritual hari raya, baik dalam bentuk makan-makan, minum-minum, berpakaian, saling tukar hadiah ataupun lainnya. Hendaknya setiap muslim merasa bangga dengan agamanya, tidak menjadi orang yang tidak mempunyai pegangan dan ikut-ikutan.
Maka diwajibkan bagi setiap orang yang mengucapkan dua kalimat syahadat untuk melaksanakan wala’ dan bara’ (loyalitas kepada muslimin dan berlepas diri dari golongan kafir) yang merupakan dasar akidah yang dipegang oleh para salaf shalih, yaitu mencintai orang-orang mu’min dan membenci daberselisih dalam ibadah dan perilaku. Beberapa dampak buruk menyerupai mereka adalah ikut mempopulerkan ritual-ritual mereka sehingga terhapuslah nilai-nilai Islam, mengikuti mereka berarti memperbanyak jumlah mereka, mendukung dan mengikuti agama mereka. Padahal seorang muslim dalam setiap raka’at shalatnya membaca, “Tunjukilah kami jalan yang lurus, (yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau anugerahkan nikmat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.” (QS. Al-Fatihah : 6-7).
Allah SWT telah berfirman, yang artinya:
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin(mu); sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang lain. Barangsiapa di antara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim.” (QS. Al-Maidah : 51).
“Kamu tidak akan mendapati sesuatu kaum yang beriman kepada Allah dan hari akhirat, saling berkasih sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya.” (QS. Al-Mujadilah : 22).
Mengadakan pesta pada hari Valentine bukanlah sesuatu yang dapat dianggap sepele, tetapi lebih mencerminkan pengadopsian nilai-nilai Barat yang tidak memandang batasan normatif dalam pergaulan antara pria dan wanita sehingga saat ini kita lihat struktur sosial mereka menjadi porak-poranda. Islam memberikan pandangan berbelas kasih seperti seorang ibu yang mempunyai kedudukan agung, dapat dibalas dengan mempersembahkan ketulusan dan cinta kepadanya dari waktu ke waktu, demikian pula untuk ayah, saudara, suami dan saudara seperjuangan aqidah. Akan tetapi hal itu tidak dapat kita lakukan khusus pada saat yang dirayakan oleh orang-orang kafir.

Kasih Sayang dalam Islam Sesungguhnya
Allah SWT telah berfirman: “Hai manusia, sesungguhnya Kami menjadikan kamu dari seorang laki-laki dan seorang wanita, dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya saling mengenal. Sesungguhnya orang mulia diantara kamu disisi Allah adalah orang yang paing bertaqwa. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui Lagi Maha Mengenal.” (QS. al-Hujurat :13).
Sungguh.. Islam tidak mengenal Hari Kasih Sayang. Kasih sayang dalam Islam terhadap sesama tidaklah terbatas dengan waktu dan dimanapun berada, baik untuk keluarga, kerabat, dan sahabat yang semuanya masih dalam koridor-koridor agama Islam itu sendiri. Hal ini dipertegas oleh Nabi SAW, yaitu:“Tidaklah beriman seseorang diantara kamu, hingga kamu mencintai saudaramu seperti kamu mencintai dirimu sendiri.” (HR. Bukhari).
Islam sangat melarang keras untuk saling membenci dan bermusuhan, namun sangat menjunjung tinggi akan arti kasih sayang terhadap umat manusia. Islam sangat menganjurkan untuk saling menjaga dan menghargai antar sesama sebagai tanda kasih sayang yang harus dihormati. Hal ini untuk menghindari berbagai keburukan serta dapat mengenal antar sesama untuk memperkuat dan menjaga tali persaudaraan. Dalam hadits Nabi SAW:
“Perumpamaan orang-orang Mukmin dalam hal kecintaan, kasih-sayang dan belas kasihan sesama mereka, laksana satu tubuh. Apabila sakit satu anggota dari tubuh tersebut maka akan menjalarlah kesakitan itu pada semua anggota tubuh itu dengan menimbulkan insomnia (tidak bisa tidur) dan demam (panas dingin).” (HR. Muslim).
Selain itu dijelaskan bahwa mencintai seseorang tidaklah berlebihan yang akan mengakibatkan penyesalan dan sia-sia belaka. Sebagai etika untuk seorang muslim, Rasulullah SAW bersabda : “Cintailah kekasihmu (secara) sedang-sedang saja, siapa tahu disuatu hari dia akan menjadi musuhmu; dan bencilah orang yang engkau benci (secara) biasa-biasa saja, siapa tahu di suatu hari dia akan menjadi kecintaanmu.” (HR. Turmidzi).
*****
Aktivitas remaja Islam yang mengikuti perayaan Valentine day dengan membabi buta disertai dengan aktivitas campur baur antara lawan jenis dan perbuatan maksiat lain membutuhkan panduan dan aturan syari’at Islam. Islam adalah akidah dan syariah yang didalamnya mengatur seluruh kehidupan manusia tidak ada satupun kehidupan yang tidak diatur oleh islam. Allah swt berfirman dalam Quran dalam surah An Nisa ayat 65 : “Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa dalam hati mereka sesuatu keberatan terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya”.”.
Dari ayat diatas dijelaskan bahwa setiap muslim wajib mengikatkan seluruh perbuatannya dengan yang Allah turunkan, yakni Al Quran dan As Sunnah. ‘Berkasih-sayang’ versi ‘Valentine’ ini harus diketahui terlebih dahulu hukumnya kemudian diputuskan apakah akan dilaksanakan atau ditinggalkan. Tradisi tanpa dasar ini lahir dan berkembang dari segolongan manusia (kaum/bangsa) yang hidup dengan corak yang sangat jauh berbeda dengan corak hidup berdasarkan syariat Islam yang agung.
Sikap yang harus diambil oleh kaum muslimin terhadap perayaaan Valentine adalah jangan meniru adat atau budaya kufur kaum lain, mengambil cara hidup yg lahir dari akidah selain islam dan pemahaman hak asasi manusia, demokrasi, dialog antar agama, kapitalisme, sosialisme. Cukup dengan mengambil pandangan hidup yang terlahir dari akidah islam karena sudah jelas bahwa islam adalah agama yang sempurna sebagiamna diterangkan Allah swt dalam Qur’an surah Al Maidah ayat 3 : “Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu ni’mat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu.”

Sumber Pustaka
Ahmad Sarwat. Rubrik “Ustadz Menjawab”. eramuslim.com. [12 Februari 2011].
Anonim. Image No Valentine’s Day. http://holidays.lovingyou.com. [12 Februari 2011].
Anonim. 2007. Hukum Merayakan Valentine Day bagi umat Islam. http://ais.blogsome.com/2007/02/14/hari-Valentine-1-hukum-merayakan-bagi-umat-islam/. [12 Februari 2011].
Anonim. 2008. Valentine’s Day. www.beritaterkini.net. [12 Februari 2011].
_______. 2008. Valentine’s Day. www.ummunabilkhan-alwafi.blogspot.com. [12 Februari.2011].

Tidak ada komentar: