Kamis, 17 Februari 2011

Green Your Mind!!!


Hijauku Untuk Alamku....
Salah satu manfaat tanaman untuk penghijauan sekitar irigasi untuk mencegah terjadinya pemanasan global adalah Tanaman Mahkota Dewa dengan model inovasi Sistem Green Planting Irrigation.


SISTEM GREEN PLANTING IRRIGATION DENGAN MAHKOTA DEWA SEBAGAI TANAMAN UTAMA BERNILAI MEDIS BAGI MASYARAKAT DI SEKITAR SALURAN IRIGASI

Salah satu masalah paling krusial yang dihadapi penduduk dunia saat ini adalah pemanasan global dimana dampaknya mulai terasa akhir-akhir ini di hampir seluruh belahan bumi. Dari waktu ke waktu penyebab pemanasan global di atas tidak akan mengalami penurunan bahkan akan mengalami peningkatan. Hal ini karena aktivitas manusia yang meningkat seiring jumlah penduduk dunia yang semakin meningkat. Untuk menghadapi fenomena yang sudah di depan mata dan sudah terjadi ini diperlukan upaya mitigasi dan adaptasi. Adaptasi terhadap dampak perubahan iklim adalah salah satu cara penyesuaian yang dilakukan secara spontan atau terencana untuk memberikan reaksi terhadap perubahan iklim yang diprediksi atau yang sudah terjadi. Mitigasi adalah kegiatan jangka panjang yang dilakukan untuk menghadapi dampak dengan tujuan untuk mengurangi resiko atau kemungkinan terjadi suatu bencana. Kegiatan lebih lanjut dari mitigasi dampak adalah kesiapan dalam menghadapi bencana, tanggapan ketika bencana dan pemulihan setelah bencana terjadi.
Salah satu upaya mitigasi yang dapat dilakukan untuk mengurangi resiko pemanasan global adalah dengan Green-Planting Irrigation, yaitu suatu perencanaan wilayah pengairan dengan memadukan antara saluran irigasi dan tanaman hijau. Dengan sistem Green-Planting Irrigation ini diharapkan ada nilai lebih terhadap saluran irigasi yang sudah ada sekarang ini. Karena sejalan dengan perkembangan zaman, saat ini sudah banyak pembangunan infrastruktur yang tidak memihak terhadap ekologi di sekitarnya. Salah satu gagasan paling cerdas saat ini adalah dengan cara bagaimana manusia dapat memodifikasi infrastruktur yang ada menjadi lebih bermanfaat dan memiliki nilai guna ganda. Salah satu gagasan itu adalah sistem Green-Planting Irrigation yaitu suatu sistem irigasi yang memanfaatkan tanaman hijau yang ditanam di pinggir saluran irigasi yang selanjutnya dapat dimanfaatkan sebagai tanaman penguat saluram irigasi dan secara tidak langsung dapat memperindah saluran serta berpotensi mengurangi resiko pemanasan global.
Gagasan sistem Green Planting Irrigation diharapkan mampu memberikan nila guna ganda dari fungsi utama sebagai pengairan pertanian serta dapat dijadikan percontohan terhadap pemanfaatan bangunan infrastuktur lainnya serta dijadikan sebagai salah satu solusi dalam pengendalian pemanasan global yang menjadi masalah paling krusial di bumi ini. Metode gagasan ini dilakukan melalui penulusuran dan studi pustaka tentang sistem pengairan atau irigasi di Indonesia secara umum. Dari berbagai sumber yang ada, dilakukan analisis dan sintesa sehingga didapatkan suatu inovasi dalam bentuk modifikasi infrastuktur saluran irigasi yang memanfaatkan lahan kosong di tepi saluran dengan ditanami tanaman hijau herbal yaitu mahkota dewa yaitu mahkota dewa sehingga memiliki nilai guna ganda.

Sistem Irigasi
Irigasi merupakan suatu ilmu yang memanfaatkan air untuk tanaman mulai dari tumbuh sampai masa panen. Air tersebut diambil dari sumbernya, dibawa melalui saluran, dibagikan kepada tanaman yang memerlukan secara teratur, dan setelah air tersebut terpakai, kemudian dibuang melalui saluran pembuang menuju sungai. Irigasi merupakan upaya yang dilakukan manusia untuk mengairi lahan pertaniannya. Pada dunia modern saat ini sudah banyak model irigasi yang dapat dilakukan manusia. Ada beberapa sistem irigasi yang dapat diterapkan dalam proses pengelolaannya salah satunya yaitu irigasi permukaan yang terjadi di mana air dialirkan pada permukaan lahan. Jenis irigasi ini dibagi menjadi alur primer, sekunder dan tersier. Pengaturan air ini dilakukan dengan pintu air. Prosesnya adalah gravitasi, tanah yang tinggi akan mendapat air lebih dulu (Anonima 2008).
Menurut Anonima (2008), seluruh jaringan irigasi saat ini telah mengaliri areal pertanian seluas 6.7 juta hektar yang 75,55 persen di antaranya berada di Pulau Sumatera dan Jawa. sementara itu, tidak semua jaringan irigasi dapat berfungsi secara baik karena sebagian di antaranya mengalami kerusakan. Kerusakan jaringan irigasi tersebut telah mengganggu penyedian air irigasi yang sebagian besar berasal dari Pulau Jawa dan Pulau Sumatera. Pada setiap musim kemarau selalu ditemukan kasusnya kurangnya pasokan air irigasi sehingga para petani terpaksa membiarkan lahannya tidak ditanami.
Perkembangan pembangunan irigasi di Indonesia sudah sangat pesat, hal ini terlihat dari jaringan irigasi pada saat sekarang ini yang telah mampu mengaliri areal pertanian seluas 6.7 juta hektar, dimana 75,55 persen di antaranya berada di Pulau Sumatera dan Jawa. Pada umumnya jenis irigasi di Indonesia adalah irigasi permukaan dimana air dialirkan pada permukaan lahan. Penerapan sistem irigasi permukaan ini memiliki pengaruh positif dan negatif terhadap lingkungan ekologinya. Salah satu pengaruh positinya adalah lebih tinggi dan teraturnya debit air yang dapat dimanfaatkan untuk areal pertanian, sehingga dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi pertaniannya, sedangkan untuk pengaruh negatifnya adalah dengan semakin luasnya lahan yang digunakan untuk irigasi, maka semakin luas pula lahan-lahan yang dialih fungsikan, salah satunya adalah hutan (Anonima 2008).
Bentuk pengalihfungsian dari hutan itu sendiri adalah dengan meningkatnya penebangan pohon yang akan dijadikan sebagai saluran atau lahan irigasi. Hal ini dilakukan karena untuk membangun suatu saluran irigasi, air harus dialirkan melalui lahan yang telah diperhitungkan kondisi dan luasnya agar air sampai pada lahan pertanian yang akan dituju dengan optimal. Oleh karena itu, terkadang lahan-lahan yang akan digunakan adalah lahan-lahan yang memiliki potensi yang sangat besar dalam menjaga lingkungan dari pemanasan global. Dimana pemanasan global merupakan masalah paling krusial yang dihadapi penduduk dunia saat ini dan dampaknya mulai terasa akhir-akhir ini hampir di seluruh belahan bumi termasuk di Indonesia (Anonimc 2008).
Salah satu pengaruh yang akan terasa adalah suhu udara yang akan meningkat di lingkungan tersebut akibat hilangnya pepohonan yang sebelumnya ada, serta kontur tanah tidak lagi kuat dan akan terlihat tandus. Selain itu infrastruktur irigasi yang ada sekarang ini ternyata tidak memiliki umur yang panjang, dengan kosongnya tepian saluran irigasi akan menyebabkan pendangkalan akibat sedimentasi dari erosi tanah disekitarnya.

Tanaman Mahkota Dewa
Tanaman Mahkota Dewa yang pada awalnya dijauhi karena beracun kini semakin banyak dicari orang baik dalam bentuk mentah maupun hasil olahannya. Bukti-bukti yang menunjukkan bahwa ekstrak buah Mahkota Dewa dengan kadar yang tepat dan sesuai berhasil mengatasi beberapa penyakit yang ringan seperti gigitan serangga, iritasi kulit dan jerawat sampai penyakit yang cukup berat seperti kanker, dibetes melitus, lever dan stroke (Wahjoedi 2003)
Menurut Wahjoedi (2003), tanaman mahkota dewa yang pada awalnya dijauhi karena beracun kini semakin banyak dicari orang baik dalam bentuk mentah maupun hasil olahannya. Bukti-bukti yang menunjukkan bahwa ekstrak buah mahkota dewa dengan kadar yang tepat dan sesuai berhasil mengatasi beberapa penyakit yang ringan seperti gigitan serangga, iritasi kulit dan jerawat sampai penyakit yang cukup berat seperti kanker, dibetes melitus, lever dan stroke.
Hasil uji antioksidan maupun uji sel kanker telah dilaporkan bahwa buah mahkota dewa mempunyai daya inhibisi yang cukup tinggi dan hasil penapisan fitokimia disebutkan bahwa tumbuhan mahkota dewa mengandung senyawa alkaloid, polifenol, saponin, flavonoid, dan asam-asam lemak (Wahjoedi 2003; Ning 2004) Sri Hartati et al (2005) melaporkan bahwa mereka telah berhasil mengisolasi dan mengidentifikasi suatu senyawa glukosa benzofenon yaitu phalerin dari ekstrak metanol daun mahkota dewa. Soeksmanto (2006) juga menegaskan bahwa tanaman mahkota dewa mempunyai daya aktifitas sebagai antioksidan. Beberapa senyawa turunan senyawa benzofenon glikosida telah banyak diisolasi dari beberapa jenis tanaman seperti telefenon A dan B dari akar tanaman Polygala telephiodes, Rolygalaceae (Li 2000); senyawa iriflofenon 2-O-α-glukopiranosida dari herbal yaitu mahkota dewa tanaman Coleogyne ramosissima, yakni Rosaceae (Ito 2000).

Aplikasi Sistem Green Planting Irrigation dengan Mahkota Dewa Sebagai Tanaman Utama Bernilai Medis Bagi Masyarakat di Sekitar Saluran Irigasi
Penerapan sistem irigasi permukaan memiliki pengaruh positif dan negatif terhadap lingkungan ekologinya. Dampak negatifnya adalah dengan semakin luasnya lahan yang digunakan untuk irigasi, maka semakin luas pula lahan-lahan yang dialih fungsikan, salah satunya adalah hutan. Bentuk pengalihfungsian dari hutan itu sendiri adalah dengan meningkatnya penebangan pohon yang akan dijadikan sebagai saluran atau lahan irigasi. Lahan-lahan yang akan digunakan tersebut adalah lahan-lahan yang memiliki potensi yang sangat besar dalam menjaga lingkungan dari pemanasan global. Serta tanpa disadari juga dengan kosongnya lahan di tepian saluran irigasi lambat laun akan menyebabkan pendangkalan akibat sedimentasi dari erosi tanah disekitarnya.
Pada sistem green planting irrigation ini tanaman yang dimanfaatkan adalah pohon mahkota dewa yang dikenal sebagai salah satu tanaman obat di Indonesia. Mahkota dewa bisa ditemukan ditanam di pekarangan sebagai tanaman hias atau di kebun-kebun sebagai tanaman peneduh. Asal tanaman mahkota dewa masih belum diketahui. Menilik nama botaninya Phaleria papuana, banyak orang yang memperkirakan tanaman ini populasi aslinya dari tanah Papua, Irian Jaya. Wilayah ini memang bisa ditemukan tanaman ini. Mahkota dewa tumbuh subur di tanah yang gembur dan subur pada ketinggian 10-1.200 m dpl. Perdu menahun ini tumbuh tegak dengan tinggi 1-2,5 m. Batangnya bulat, permukaannya kasar, warnanya cokelat, berkayu dan bergetah, percabangan simpodial. Daun tunggal, letaknya berhadapan, bertangkai pendek, bentuknya lanset atau jorong, ujung dan pangkal runcing, tepi rata, pertulangan menyirip, permukaan licin, warnanya hijau tua, panjang 7-10 cm, lebar 2-5 cm. Bunga keluar sepanjang tahun, letaknya tersebar di batang atau ketiak daun, bentuk tabung, berukuran kecil, berwarna putih, dan harum. Buah bentuknya bulat, diameter 3-5 cm, permukaan licin, beralur, ketika muda warnanya hijau dan merah setelah masak. Daging buah berwarna putih, berserat, dan berair. Biji bulat, keras, berwarna cokelat. Berakar tunggang dan berwarna kuning kecokelatan. Perbanyakan dengan cangkok dan bijinya (Anonimb 2008).
Sistem Green Planting Irrigation adalah salah satu gagasan yang dapat diandalkan untuk meminimalkan dampak negatif dari pembangunan infrastruktur irigasi. Dengan sistem ini, diterapkan suatu alternatif penataan khusus pada saluran irigasi. Alternatif tersebut salah satunya adalah dengan penanaman pohon herbal yaitu mahkota dewa mahkota dewa (Phaleria papuana) di sekitar saluran irigasi guna memanfaatkan lahan di tepian saluran yang kosong. Dengan dimanfaatkannya lahan tersebut diharapkan akan memberikan nilai lebih terutama nilai medis dan nilai ekonomis terhadap fungsi dari saluran irigasi itu sendiri.
Oleh karena itu untuk mengatasi berbagai macam masalah lingkungan di bumi ini sudah selayaknya kita sebagai makhluk yang diberikan kelebihan dibandingkan makhluk lainnya mulai berusaha menjaga dan memperbaiki keadaan bumi ini menjadi lebih baik. Salah satu gagasan dalam upaya mengatasi masalah lingkungan tersebut adalah sistem Green Planting Irrigation yang diterapkan pada saluran irigasi pertanian. Dengan sistem Green Planting Irrigation yang mampu memberikan nila guna ganda ini diharapkan dapat dijadikan percontohan terhadap pemanfaatan bangunan infrastuktur lainnya serta dijadikan sebagai salah satu solusi dalam pengendalian pemanasan global yang menjadi masalah paling krusial di bumi ini.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim.2007.Irigasi.www.staffsite.gunadarma.ac.id/Pengaruh Kebijakan SDA Terhadap Pengelolaan Irigasi. [29 Maret 2009].
Anonima.2008.Irigasi.azwaruddin.blogspot.com/2008/02/teknik-irigasi-ke2. [30 Maret 2009].
Anonimb.2008.Mahkota Dewa.www.wikipedia.org/mahkotadewa. [29 Maret 2009].
Anonimc.2008.Pemanasan Global. www.wikipedia.org/wiki/Global_warming. [29 Maret 2009]
Ito, H., E. Nishitani, T. Konoshima, M. Takasaki, M. Kozuka, and T. Yoshida (2000). Flavonoid and Benzophenone Glycosides from Coleogyne ramosissima, Phytochem. 54, h. 695-700.
Li,J., and t.Nohara.2000.Benzophenone.C-glocoside from Polygala Telepioides, chem.Pharm.Bull.48 (9),h.1354-1355.
Soeksmanto,A., Y. Hapsari, and P.Simandjuantak.2007.Analisis Antioksidan dan Beberapa Bagian Tanaman Mahkota Dewa,Phaleria macrocarpa (Scheff). Boerl.(Thymelaceae). Jurnal ilmu Kefarmasian (in press). Vol -.
Wahjoedi, B.2003.Pameran Obat Produk Tradisional dan Seminar Sehari Mahkota Dewa. [Artikel]. Puslitbang Farmasi dan obat tradisional, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan,DEP.KES.RI, Jakarta 6 agustus 2003.

Tidak ada komentar: